KESIMPULAN

DER (Debt to Equity Ratio)
Nilai DER harus kurang dari 3
Semakin kecil semakin baik, kecuali minus

OPM (Operating Margin)
Semakin besar semakin baik

NPM (Net Profit Margin)
Nilai NPM harus lebih dari 5%
Semakin besar semakin baik

ROA (Return On Asset)
Nilai ROA harus konsisten di atas 20%.
Semakin besar semakin baik
Mengapa harus diatas 20%? Belajar di Saham Fundamental

ROE (Return On Equity)
Nilai ROE harus konsisten di atas 20% - 25%
Semakin besar semakin baik

EPS ( Earning Per Share)
Nilai EPS kuartal terakhir harus meningkat min 15%
Semakin besar semakin baik

PER (Price Earning Ratio)
Nilai PER harus kurang dari 19 (patokan saya)
Semakin kecil semakin baik, kecuali minus

PBV (Price Per Book Value)
Nilai PBV kalau bisa kurang dari 1,6X
Semakin kecil semakin baik, kecuali minus

Analisa Fundamental

Analisa Fundamental mengidentifikasi sebuah saham melalui nilai intrinsiknya. Ia memfokuskan pada faktor-faktor yang mendasari atau mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dan potensi perkembangan bisnisnya. Analisa ini juga melihat pada perkembangan aktivitas mikro dan makro perusahaan, di mana secara kesuluruhannya ia melihat pada kekuatan keuangan dan manajemen perusahaan. Para analis fundamental akan memulai analisis mereka dengan mengumpulkan laporan keuangan, neraca, laporan laba rugi dan arus kas. Setelah itu, mereka akan menggabungkannya dengan faktor yang mendasari untuk memperoleh nilai intrinsik perusahaan. Jika saham perusahaan itu dijual pada harga yang lebih rendah dibandingkan nilai intrinsiknya, maka saham itu dihitung sebagai saham undervalued (undervalued stock).
Salah satu aspek penting dari analisa Fundamental adalah Analisis Laporan Keuangan, karena dari situ kita dapat memperkirakan keadaan, atau posisi dan arah perusahaan. Laporan keuangan yang dianalisa adalah:

1. Balance Sheet adalah laporan keuangan yang menggambarkan harta, utang, dan modal yang dimiliki perusahaan. Laporan keuangan ini disebut Neraca. Neraca dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Asset: Kekayaan Perusahaan
b. Liability: Hutang Piutang Perusahaan
c. Equity: Total Aset (kekayaan) dikurangi Total Liability (hutang piutang)

2. Income Statement adalah laporan keuangan yang menggambarkan besarnya pendapatan, beban, pajak, dan laba perusahaan dalam suatu kurun waktu tertentu. Laporan keuangan ini disebut laporan Laba / Rugi.

3. Cashflow (Arus Kas)

Rasio keuangan digunakan sebagai alat analisa keadaan keuangan dan kemampuan perusahaan. Berikut adalah beberapa jenis rasio laporan keuangan:

1. Pengertian Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaanperuasahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas

a. CR (Current Ratio) Current Ratio atau juga disebut Rasio Lancar menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Rumus perhitungan Current Ratio sebagai berikut:  
Curent Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar

b. QR (Quick Ratio) Quick Ratio disebut juga Acid Test Rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan Quick Ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Rumus perhitungan Quick Ratio sebagai berikut:  
Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan / Kewajiban Lancar

c. Cash Ratio (Rasio Kas) Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
Rumus perhitungan Cash ratio sebagai berikut:  
Cash Ratio = Kas + Bank / Kewajiban Lancar


2. Pengertian Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas. Rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain:

a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan.
Rumus perhitungan Gross Profit Margin sebagai berikut:
Gross Profit Margin = Laba Bruto / Penjualan Bersih

b. NPM (Net Profit Margin)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Rumus perhitungan Net Profit Margin sebagai berikut:
Net Profit Margin = Laba Bersih setelah Pajak / Penjualan Bersih

c. OPM (Operating Profit Margin)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan. Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban- kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila semakin tinggi operating profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan.
Rumus perhitungan Operating Profit Margin sebagai berikut:  
Operating Profit Margin = Laba Usaha / Operasi Penjualan Bersih

d. ROI (Return on Investment)
Return on Investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan.
Rumus perhitungan Return on Invesment sebagai berikut:  
ROI = Net profit margin x Assets turn over atau Laba Usaha / Aktiva Operasi =...%

e. ROA (Return on Assets)
Rasio ini menunjukkan seberapa jauh asset perusahaan yang digunakan secara efektif untuk menghasilkan laba, baik saham biasa maupun saham preferen.
Rumus perhitungan Return on Assets sebagai berikut:  
Return on Equity = Laba Setelah Pajak / Ekuitas Pemegang Saham

f. ROE (Return on Equity)
Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang diperoleh dari penanam modal. Pengertian modal disini adalah semua modal yang tertanam di perusahaan, termasuk di dalamnya saldo laba (laba ditahan).
Rumus perhitungan Return on Equity sebagai berikut:
Return on Equity = Net Income After Tax / Asset

Saya merekomendasikan rekan-rekan semua untuk Belajar dari situs Saham Fundamental


3. Pengertian Rasio Solvabilitas (Ratio Leverage / Ratio Pengungkit)
Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini disebut juga Ratio Leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman contohnya Bank. Rasio Leverage meliputi:

a. DER (Debt to Equity Ratio) Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutangnya kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Harap memberi perhatian khusus dan berhati-hati jika rasio DER suatu perusahaan tinggi.
Rumus perhitungan Debt to Equity Ratio sebagai berikut:  
Total Debt to equity Ratio = Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham

b. Total Asets to Total Debt Ratio/ Debt Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan Total Aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Apabila Debt Ratio semakin tinggi, sementara proporsi Total Aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Dan sebaliknya apabila Debt Ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
Rumus perhitungan Debt Ratio sebagai berikut:  
Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang / Total Aktiva

c. Times Interest Earned Time Interest Earned merupakan perbandinganantara laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Rasio ini juga disebut dengan Coverage Ratio, yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasional, tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.
Rumus perhitungan Debt Ratio sebagai berikut:  
Time Interest Earned = Laba Bersih sebelum Bunga dan Pajak / Bunga Beban

Saya merekomendasikan rekan-rekan semua untuk Belajar dari situs Saham Fundamental


4. Pengertian Rasio Pasar
Rasio ini merupakan indikator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham, juga untuk membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keuntungan dividen yang besar sebelum melakukan penanaman modal berupa saham. Namun rasio pasar tidak mempunyai ukuran yang menunjukan tingkat efesiensi rasio serta tidak dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan harga saham maupun jika dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan. Rasio Pasar terdiri dari:

a. EPS (Earning Per Share)
Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Rumus perhitungan Earning Per Share sebagai berikut:  
EPS = Net Profit / Jumlah saham

b. PER (Price Earning Ratio)
Price Earning Ratio menunjukan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Bagi para investor semakin kecil PER suatu saham semakin bagus karena saham tersebut termasuk murah. Price Earning Ratio dihitung dengan membagi harga saham saat ini dengan Earning Per Share(EPS)
Rumus perhitungan Price Earning Ratio sebagai berikut:  
PER = Harga Saham / EPS

c. PBV (Price To Book Value Ratio)
Price to book value atau PBV menunjukan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin Tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.
Rumus perhitungan Price To Book Value sebagai berikut:  
PBV = Harga Saham / Book Value

d. Rasio Pendapatan Dividen (Dividend Yield Ratio)
Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk perusahaan semacam ini akan cenderung lebih rendah.
Rumus perhitungan Dividend Yield Ratio sebagai berikut:  
Dividend Yield = Dividen per lembar saham / Harga per lembar saham

e. Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor sedangkan bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan.
Rumus perhitungan Dividend Payout Ratio sebagai berikut:  
Dividend Payout Ratio = (Dividen per lembar saham / Pendapatan per lembar saham) x 100%

Entri Populer